Pernah bertemu seseorang yang kehadirannya begitu membekas? Begitu terkenang meskipun hanya lewat sebuah pertemuan singkat? Ya kurang lebihnya itulah yang aku alami. Untuk kali ini tulisan aku memuat tema sedikit melow. Tentang hati. Tentang perasaan.
JOGJA. Kependekan dari Yogjakarta.
Nama salah satu kota besar di Pulau Jawa itu mampu menyihirku. Bukan hanya
karena pesonanya. Tapi karena ada 'ehm' disana. Semua tentang Jogja mendadak
terasa penting untukku. Kangen sekangen-kangennya sama Jogja.
Hari
itu, hari selasa tanggal 15 Oktober 2013 aku memutuskan untuk kembali ke Solo
(karena aku kuliah di Solo). Sebenarnya ogah balik ke Solo dalam waktu dekat
ini. Dengan membawa luka yang masih sama parahnya seperti sebelum meninggalkan
Solo (oke aku akan nyeritain tentang ini di tulisanku selanjutnya). Tapi, jadwal kuliah memaksaku untuk bergegas meninggalkan rumah.
Yaa..apa boleh buat. Dengan setengah hati, selasa malam itu aku menunggu bus
yang akan membawaku di Terminal ditemani dengan papa dan salah satu sahabatku.
Setelah
menunggu sekitar 30 menit, bus Tasik-Jogja pun datang. Tetapi ini bukan bus
yang akan aku tumpangi. Di dalamnya penuh sesak oleh penumpang. Perkiraan
papa, bus tujuan Solo juga tak akan jauh berbeda dengan bus Tasik-Jogja tadi.
Dan kabar yang aku terima dari kakak tingkatku juga begitu.
15
menit kemudian...
Bus
Tasik-Jogja kedua datang. Dan papa memaksaku untuk menumpang bus itu saja.
Karena ditakutkan apa yang diperkirakannya itu benar. Alhasil, dengan berat
hati aku menyeret kakiku masuk ke dalam bus Tasik-Jogja yang lagi-lagi penuh.
Kakiku terhenti di samping sebuah kursi yang kelihatannya masih kosong. Kursi
itu terletak di deretan ketiga dari kursi belakang. Dan disana telah duduk
manis seorang laki-laki yang tampaknya mahasiswa juga. Yaa..bagus deh, biar ada temen
ngobrol sepanjang perjalanan. Gumamku dalam hati.
"Kosong?"
"Emmm...iya."
Jawabnya singkat.
Sedetik
kemudian aku sudah menghempaskan diri di kursi bus samping laki-laki itu.
Sambil membereskan barang bawaanku yang terdiri dari tas gendong dan tas
selempang kecil berisi netbook yang sengaja aku pisahkan agar tidak tertindih
baju-baju di dalam tas gendongku.
"Mau?" Tawarku sembari
menyodorkan sebungkus oreo rasa vanilla."Ngga, terimakasih." Jawabnya pendek.
Aiiiih
alih-alih enak diajak ngobrol ini orang, malah so cool gitu. Dengan muka bete aku kembali fokus
pada biskuit yang sedang aku makan. Lalu terdengar kegaduhan persis di belakang
kursiku. Sepertinya seperti seseorang yang sedang mengajak kenalan atau semacam itulah. Aku membalikkan badanku, dan ternyata mereka masih gaduh juga. Kursi di
belakangku itu ditempati oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu di
kursi panjang paling belakang di bus ini, ditempati oleh beberapa orang
laki-laki yang tampaknya mereka semua adalah mahasiswa juga. Sepersekian menit,
ketika bus melaju di sekitar kota Banjar, aku membalikkan tubuhku lagi. Dan
untuk kedua kalinya ini aku tersentak, setengah terkejut. Lalu...
" ***zi ?" (sengaja aku sensor namanya, untuk selanjutnya panggil saja dia dengan nama 'Bee' ^^)
"Yaa?" Sahutnya. Aku terdiam, memastikan sendiri dalam hati apa tebakanku tadi itu benar atau malah salah sasaran.
"Ko kenal?" Pertanyaannya membuyarkan lamunanku.
" ***zi ?" (sengaja aku sensor namanya, untuk selanjutnya panggil saja dia dengan nama 'Bee' ^^)
"Yaa?" Sahutnya. Aku terdiam, memastikan sendiri dalam hati apa tebakanku tadi itu benar atau malah salah sasaran.
"Ko kenal?" Pertanyaannya membuyarkan lamunanku.
"Iyalaaah,
kamu dulu bimbel di ****sha kan?" Pertanyaan kali lebih tegas.
"Iya.."
"Ya ampun, kita tuh sekelas tau."
Ujarku dengan hebohnya. Merasa mendapat teman yang dikenal untuk menemani beberapa jam
kedepan."Oh, ya? Bentar, aku inget-inget dulu" Dahinya berkerut, mungkin mencoba mengingat sosok aneh yang sok kenal di depannya ini. "Ok. Emang sih aku terkenal." Katanya dengan gaya sok cool menyudahi usahanya untuk mengingat-ingat siapakah makhluk SKSD ini. Dan reaksiku hanya ber-wuu ria.
Detik setelah itu terjadi obrolan yang mengalir dengan sendirinya diantara kami. Sesekali dia juga mengajak ngobrol makhluk so cool, yang ternyata berinisial A. Temannya satu kampus juga, hanya saja berbeda jurusan.
"Hey, aku pindah kesitu deh. Pegel nih gini terus. Boleh kan?" Izinnya pada A yang langsung ditimpali dengan jawaban singkat "Ya."
Aku bersorak riang dalam hati. Akhirnya perjalanan yang lumayan panjang ini tidak
akan menjadi membosankan setelah aku tahu ternyata bus tujuan Solo itu tidak
terlalu penuh. Sebelumnya aku menyesal mati-matian naik bus tujuan Jogja ini,
tapi setelah ada teman mengobrol...yaa jadi lumayan terobati lah.
Setelah
mengobrol cukup lama, aku tahu ternyata dia mahasiswa komunikasi di salah satu
universitas swasta ternama di Jogja. Mungkin karena latar belakangnya itu pula
yang menyebabkan dia enteng mengobrol denganku- orangyang notabene baru dikenalnya (dulu
kan cuma tau nama, gapernah ngobrol-ngobrol gini). Pembicaraan diantara
kami terus berlanjut, hingga tak terasa sudah menghabiskan waktu satu jam lebih
hanya untuk mengobrol ringan seperti ini. Jujur, aku nyaman mengobrol dengannya.
"Kamu
kenapa kuliah di Solo?" Pertanyaannya yang sampai sekarang masih saya ingat.
"Yaa keterimanya kan di
Solo." Jawabku sembari tersenyum.
"Kenapa ga di Jogja aja. Yoo pindah Jogja biar sama aku."
"Kenapa ga di Jogja aja. Yoo pindah Jogja biar sama aku."
"Yee..di
tempatmu kan gada jurusan Fisioterapi."
Haduh,
kata-katanya itu loh yang bikin saya kegeeran. Dan sampai sekarang aku masih belum mengerti apa maksud
dari kata-kata itu.
Menit selanjutnya dia masih asyik bercerita tentang apapun. Ya, apapun. Segala hal yang menurutku tidak terlalu penting untuk diceritakan, namun dia tetap saja menceritakannya. Dia membuka semua kartu di hidpunya padaku- catet: orang baru yang hanya sekedar mampir untuk beberapa jam kedepan. Dia bercerita tentang pengalamannya menaklukan Bromo ditemani dengan seorang Bule berkebangsaan Spanyol. Lalu membuka laptopnya, memperlihatkan beberapa foto dan video. Dan saat membuka laptop itulah aku tahu bahwa dia sudah mempunyai seorang teman wanita special (sebut: girlfriend).
"Ceweknya?" Tanyaku berbasa-basi.
"Ceweknya?" Tanyaku berbasa-basi.
"Iya." Dia tersenyum- senyum yang masih aku ingat jelas. "Dia itu orang Pati. Tahu Pati dimana?' Lanjutnya. Dan aku hanya menggeleng. Masih terpesona dengan senyum berlesung pipi itu. "Eh, gausah pengen tahu rumahnya deh. Orang belum ada niatan mau ngelamar." Lanjutnya lagi. "Oh ya, aku paling ga bisa LDR." Oh my God, ini orang apa-apaan lagi pake bilang segala kalo dia gabisa LDR, kesannya itu kayaknya mempertegas kalo dia.....................bip *sensor-tebak sendiri*.
Drrrttt drrrrttt
Handphoneku bergetar tanda masuknya pesan singkat alias sms. Lalu aku mengalihkan pandangan sejenak dari laptop ke handphone-ku. Berniat membalas sms yang masuk.
"Siapa? Pacarnya, ya?" Tanya dia penuh selidik.
"Bukan." Jawabku sejujur-jujurnya. Karena memang aku tidak punya pacar. Dia menunjukkan wajah ketidak percayaannya.
"Swear.an." Ujarku meyakinkan.
"Kenapa?"
"Lagi ga percaya aja sama cowo." Jawabku mantap. Ingin meneruskan, luka yang kemaren aja belum sembuh masa mau punya pacar lagi?
"Lah, terus dari tadi aku ngomong ga dipercaya dong?" Candanya. Lagi-lagi diiringi dengan senyum berlesung pipi itu. Hahahha. Aku tertawa lepas. Ternyata, makhluk berlesung pipi ini punya selera humor yang cukup baik.
"Iya lah Bee, kalo aku percaya ke kamu musyrik dong?" Timpalku. Lalu kami tertawa lepas bersama. Padahal orang lain sedang terlelap dalam tidurnya :'D
Drrrttt drrrrttt
Handphoneku bergetar tanda masuknya pesan singkat alias sms. Lalu aku mengalihkan pandangan sejenak dari laptop ke handphone-ku. Berniat membalas sms yang masuk.
"Siapa? Pacarnya, ya?" Tanya dia penuh selidik.
"Bukan." Jawabku sejujur-jujurnya. Karena memang aku tidak punya pacar. Dia menunjukkan wajah ketidak percayaannya.
"Swear.an." Ujarku meyakinkan.
"Kenapa?"
"Lagi ga percaya aja sama cowo." Jawabku mantap. Ingin meneruskan, luka yang kemaren aja belum sembuh masa mau punya pacar lagi?
"Lah, terus dari tadi aku ngomong ga dipercaya dong?" Candanya. Lagi-lagi diiringi dengan senyum berlesung pipi itu. Hahahha. Aku tertawa lepas. Ternyata, makhluk berlesung pipi ini punya selera humor yang cukup baik.
"Iya lah Bee, kalo aku percaya ke kamu musyrik dong?" Timpalku. Lalu kami tertawa lepas bersama. Padahal orang lain sedang terlelap dalam tidurnya :'D
"Eh, liat koleksi film nya dong." Pintaku.
Klik. Klik. Klik. Dia memperlihatkan koleksi filmnya padaku. Aku menelusuri satu persatu koleksi film dia. Bukankan menebak kepribadian seseorang itu hal yang mudah? Bisa kita lihat dari "film apa saja kah yang biasanya dia tonton".
"What? Love story in Harvard?" Aku bertanya, memastikan.
"Yap." Jawabnya singkat.
"Yap." Jawabnya singkat.
"Suka juga?" Tanyaku yang dibalas dengan anggukan mantap.
"Aku juga suka banget, Bee. Hyunwoo nya itu loh." Timpalku histeris. Untungnya dia juga menimpalinya dengan sikap yang sama histerisnya. Alhasil, jadi nyambung kan :')
Dan kalian tahu film seperti apa Love Story in Harvard itu? LSH itu drama korea berseri, sampai 18 episode. Bayangkan ! Seorang laki-laki tahan menonton drama korea yang super romantis itu. Aiiiiih shincahhhh, mesti Bee juga orangnya romantis banget ^^
Sudah 2 jam kami habiskan untuk mengobrol ngaler-ngidul. Dia itu orangnya asyik, easy going, nyambung juga..jadi aku ngerasa nyaman banget ngobrol dengannya.
Sudah 2 jam kami habiskan untuk mengobrol ngaler-ngidul. Dia itu orangnya asyik, easy going, nyambung juga..jadi aku ngerasa nyaman banget ngobrol dengannya.
“Udah ah, tidur ayo tidur.” Ucapnya sambil menjentikkan
jari di depan wajahku- menirukan salah satu scene di film LSH.
“Iya ah yok tidur, kamu sih ngajak ngobrol terus..”
“Hehe, yaudah sok.”
Rasanya baru sebentar aku terlelap di alam mimpi, suara
familiar itu kini telah terdengar bising lagi di telingaku.
“Hey, ayoo bangun. Makan...” Ucapnya sembari menutupi
mulutnya yang menguap. Aku suka melihat gerak-geriknya. Selalu enerjik dan
penuh semangat. Padahal aku tahu dia lelah- dari cerita-ceritanya tadi, tapi tetap saja berusaha untuk ceria.
“Ayooo..” Suaranya menyadarkanku dari lamunan.
“Oh, iya..yok. Ntar dulu masih linglung.” Ujarku.
TO BE CONTINUED
Gua ketawa .. sipp makhluk SKSD HHAA
ReplyDelete