Pesantren Jadi Korban Teroris



CITANGKIL - Dewan Pengurus Daerah (DPD) Lingkas Santri Nusantara (LSN) Kota Cilegon menggelar acara Seminar Deradikalisasi di Kampus Pondok Pesantren Al-Khairiyah Citangkil.


Kelompok radikalisme dan terorisme yang kerap dikait-kaitkan dengan pesantren perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. Dimana, dalam sejarah bangsa, pesantren selalu menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan kehidupan berbangsa dan bernegara. "Saya menyayangkan kenapa pesantren saat ini diisukan global sebagai sarang teroris, padahal jelas pesantren bukan teroris, tapi hanya jadi korban teroris," kata Salah Seorang Pembicara yang juga Akademisi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Maulana Hasanudin (SMH) Banten Wawan Wahyudi, kemarin.

Menurut Wawan, Lembaga Pendidikan Islam (LPI) hadir jauh sebelum kemerdekaan dan terbukti selalu mengajarkan Islam yang toleran anti kekerasan. "Dari dulu hingga sekarang, pesantren selalu menjadi garda terdepan dalam membela bangsa ini. Jadi mustahil pesantren ini ikut terlibat dalam gerakan radikal itu," jelasnya. Wawan menambahkan, orang-orang yang terjebak dalam gerakan teroris sebenarnya hanya menjadi korban penafsiran hukum-hukum Islam yang keliru. Ini sangat berbahaya bagi bangsa dan pelakunya sendiri. "Saatnya pesantren aktif meng-counter gerakan radikal ini, baik melalui pengajian-pengajian dan penguatan keilmuan islam santrinya," ujarnya.

Senada dikatakan Pembicara Lainnya Nyi Mas Diane Wulansari yang merupakan Parenting Motivational Speaker, Certified Mercury International – Jakarta. Ia mengatakan, santri yang setiap hari mempelajari ilmu agama tidak mungkin terjerumus dalam gerakan radikal dan teroris. "Sebab, yang terjerumus dalam kelompok radikal ini adalah orang yang lemah pemahaman ilmu agamanya," kata Nyi Mas Diane. Dalam hal ini, Nyi Mas Diane mengajak kepada santri agar senang membaca, baik yang berhubungan dengan ilmu keislaman maupun dengan informasi umum lainnya. Melalui bacaan itu, santri akan menambah pengetahuan dan informasi global lainnya. "Sehingga santri tidak mudah terjerumus masuk dalam kelompok radikal itu, karena santri paham informasi secara," ujarnya.

Sementara itu, Aktifis Syariat Islam dari Tangerang Selatan Muhammad Reza mengatakan, ketika radikal diartikan sebagai proses transfortasi keagamaan harus dijadikan prinsip oleh orang Islam. Tapi jika radikal sudah ditunggangi kepentingan politik, maka itu yang harus ditolak. "Sementara isu radikal di kita ini adalah untuk kepentingan politik, tapi dengan mengorbankan orang-orang Islam," katanya. (DARJAT NURYADIN )

0 Response to "Pesantren Jadi Korban Teroris"

Post a Comment

Komenan Di Blog Coretan Saya Sudah Memakai System backlink jadi Kalau Mau Komen Pilih Nama/URL saja biar Berbagi Back link